KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb
Puji
syukur kami panjatkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Sejarah Filsafat”.
Ucapan terima kasih juga kami berikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses menyelesaikan makalah ini.
Terutama
kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami untuk mengarahkan kami dalam
menyelesaikan makalah kami dengan sebaik-baiknya. Kami selaku penulis inginikut
berpartisipasi dalam penyampaian tentang “sejarah filsafat”, kami berharap apa
yang kami sampaikan dapat diterima dan mudah untuk dipahami.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi segenap pembaca, dan apabila ada kekurangan atau
kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat kami harapkan dari
segenap pembaca untuk perbaikan makalah kami dilai kesempatan.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Penulis
08 oktober 2016
Kel
III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................ 1
B. Tujuan
........................................................................ 1
C. Rumusan
masalah....................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pra Yunani Kuno........................................................ 2
B.
Zaman Yunani Kuno................................................... 2
C.
Zaman Abad Pertengahan........................................... 5
D.
Zaman Abad Modern.................................................. 6
a.
Filsafat abad 15 M................................................ 6
b.
Filsafat abad 17 M................................................ 8
c.
Filsafat abad 18 M................................................ 9
d.
Filsafat abad 19 M................................................ 9
E.
Zaman Kontemporer................................................... 10
a.
Pragmatisme.......................................................... 12
b.
Fitalisme................................................................ 12
c.
Fenomenologi........................................................ 13
d.
Eksistensialisme.................................................... 13
e.
Filsafat analitis...................................................... 15
f.
Strukturalisme....................................................... 15
g.
Postmodernisme.................................................... 16
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................ 18
B. Saran........................................................................... 19
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
dalam istilah
bahasa inggris, philosophy yang berarti filsafat, juga berasal dari kata yunani
yaitu, “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai
kearifan. Menurut pengertiannya semula dizaman yunani kuno itu, filsafat
berarti cinta kearifan. Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti
semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup
dijangkau hanya dengan panca indra manusia sekalipun. Bidang filsafat sangatlah
luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran.
Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dari
sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan
hidupnya.
Metode
filsafat adalah metode bertanya. Filsafat bukanlah suatu disiplin ilmu maka
sesuia dengan definisinya, sejaran dan perkembangan filsafat tidak akan pernah
habis untuk dibahas. Dalam perkembangannya filsafat berkembang melalui beberapa
zaman yaitu diawali dari zaman yunani kuno, zaman kegelapan (abad 12-13 M),
zaman pencerahan (14-15 M), zaman awal modern dan modern (abad 15-16 M), dan
zaman pas modern (abad 18-19 M) hingga saat ini.
B.
Tujuan
1.
Agar pembaca dapat mengetahui sejarah filsafat
2.
Mampu mengetahui apa itu filsafat
3.
Dapat mengetahui perkembangan filsafat ilmu
C.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana sejarah filsafat ?
2.
Bagaimana perkembangan filsafat modern?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Prayunani
Kuno (abad 15-7 SM)
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal
peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih
menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta
tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan
pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan,
sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan,
tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui
sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China,
Timur Tengah dan Eropa.
B.
Zaman Yunani
Kuno (7-2 SM)
Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban
manusia. Hal ini
disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu
pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada
saat itu, gempa bumi bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu fenomena di
mana Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya.
Pada periode ini munculah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul
alam yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal
alam adalah air karena unsur terpenting bagi setiap makhluk hidup adalah air.
Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi
ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala yang
ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api.
Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat
memusnahkan segala yang ada dan mengubah sesuatu tersebut menjadi abu atau
asap. Sehingga Heracllitos menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta
ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api
adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan
roti dan di sisi lain dapat melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah
dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu
sendiri.
Selain
Heraclitos ada pula permenides. Permenides lahir di kota Elea. Ia merupakan
ahli filsuf yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada. Menurut
pendapat Permenides apa yang disebut
sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada itu ada, yang ada
dapat hilang menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada sehingga tidak dapat
dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak
dapat dipikirkan. Dengan demikian, yang ada itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat
di bagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak
yang ada, dan itu tidak mungkin.
v Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik, dicapai
pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles
(384-322 SM).
1. Sokrates
Sokrates merupakan anak dari seorang pemahat Sophroniscos, ibunya
bernama Phairmarete yang bekerja sebagai seorang bidan. Istrinya bernama
Xantipe yang terkenal galak dan keras.Socrates adalah seorang guru. Setiap kali
socrates mengajarkan pengetahuannya, Socrates tidak pernah memungut bayaran
kepada murid-muridnya. Oleh karena itulah, kaum sofis menuduh dirinya
memberikan ajaran baru yang merusak moral dan menentang kepercayaan negara
kepada para pemuda.
Kemudian ia ditangkap dan dihukum mati dengan minum racun pada umur 70
tahun yakni pada tahun 399 SM. Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia
secara keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah
yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut
banyak nilai yang dihasilkan.
2. Plato
Plato lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat
dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos, dan elia. Sebagai titik tolak pemikiran
filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama yakni mana yang
benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenidas). Pengetahuan
yang diperoleh lewat indera disebutnya sebagai pengetahuan indera dan
pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebutnya sebagai pengetahuan akal.
Plato menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia
yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap dan dunia ide yang bersifat
tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas adalah dunia ide. Sebagai puncak pemikiran filsafatnya adalah pemikiran tentang negara, yang
tertera dalam polites dan Nomoi. Konsepnya mengenai etika sama seperti Socrates
yakni tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well being).
Menurut Plato di dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan, antara lain:
a. Golongan yang tertinggi (para penjaga dan para filsuf).
b. Golongan pembantu (prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan negara).
c. Golongan rakyat biasa (petani, pedagang, dan tukang).
Filsafat Plato dikenal sebagai idealisme dalam hal ajarannya bahwa kenyataan
itu tidak lain adalah proyeksi atau bayang-bayang/ bayangan dari suatu dunia
“ide” yang abadi belaka dan oleh karena itu yang ada nyata adalah “ide” itu
sendiri. Karya-Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi logika,
epistemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika, politik,
ontology dan filsafat alam.
3. Aristoteles
Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak
setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Aristoteles
lahir di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Bagi Aristoteles “ide”
bukanlah terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato,
tetapi justru terletak pada kenyataan atau benda-benda itu sendiri.
Setiap benda mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi
(“hylé”) dan bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak
dapat dilepaskan atau dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi
mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk “bertindak” di dalam
materi, artinya bentuk memberikan kenyataan kepada materi dan sekaligus adalah
tujuan (finalis) dari materi. Karya-karya Aristoteles meliputi logika, etika,
politik, metafisika, psikologi, ilmu alam, Retorica dan poetika, politik dan
ekonomi. Pemikiran-pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang
kepada perkembangan ilmu pengetahuan.
C.
Zaman Abad Pertengahan
(2-14 M)
Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun
demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi
pada masa ini. Periode Abad
Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan
itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang
diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan
peradaban yang didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan
logika keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini
berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat
dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu
akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat
dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen adalah
benar.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak
sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang
kafir, karena tidak mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan
bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula
kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai
kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
v Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu:
a. Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa
Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini
mengalami dua tahap, yaitu :
1.
Permulaan
agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat
Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke
dalam menetapkan dogma-dogma.
2.
Filsafat
Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa
patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. b. Periode Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi
menjadi tiga tahap:
a.
Periode
skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan
filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia.
b.
Periode
puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang
dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi.
Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas.
c.
Periode
skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang
berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum
mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai
nilai-nilai kebenaran yang objektif.
D.
Zaman Abad
Modern
Periode Filsafat Modern dibagi ke dalam beberapa sub periode, yaitu:
a)
Filsafat
abad 15 M (Renaissance)
Filsafat modern dimulai dengan adanya renaissance yang muncul pada sekitar abad ke-15 Masehi. Kata
“renaissance” sendiri berasal dari bahasa Prancis yang berarti "kelahiran kembali". Maksud dari kelahiran kembali ini adalah karena adanya kerinduan akan pemikiran filsafat zaman Yunani klasik yang bebas tanpa adanya dogma-dogma yang mengikat sehingga para filsuf abad ini mencoba untuk membangkitkan kembali pemikiran pemikiran filsafat yang radikal. Renaissance ditandai oleh kelahiran kembali di berbagai ilmu, seperti ilmu sastra, kesenian, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan alam berkembang pesat berdasarkan metode eksperimental. Pada zaman renaissance manusia disebut sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan (progress) atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Imu pengetahuan yang mengalami perkembangan yang pesat pada masa ini adalah astronomi. Beberapa tokoh yang terkemuka pada masa adalah :
1. Corpenicus
(1473-1543)
Copernicus memberikan pendapat yang luar biasa di masa itu. Ia mengatakan bahwa bumi dan semua planet mengelilingi matahari dimana matahari merupakan pusatnya. Kemudian pendapat ini dikenal denga teori heliosentrisme. Pendapat ini berlawanan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hipparchus dan Ptolomeus yang menyatakan bahwa bumilah yang menjadi pusatnya (geosentrisme). Prinsip
heliosentris kemudian diteruskan oleh George Joachim (Rheticus) yang menyusun buku berjudul “De Revolutionibus Orbium Coelestium” (Perputaran Alam Semerta). Ketentuan dasar dalam buku ini adalah :
a.
Seluruh alam
semesta merupakan
bola (Spherical)
b.
Semua benda
angkasa dan bumi juga
merupakan bola
c.
Semua benda
angkasa bergerak secara
teratur dalam lintasan yang bundar (circular
uniform motion).
2.
Tycho brahe (1546-1601)
Tycho Brahe tertarik pada sistem astronomi yang diperkenalkan oleh Copernicus. Ia memubuat alat-alat berukuran besar untuk mengamati benda-benda angkasa secara lebih teliti. Pada tahun 1572 Brahe mengamati munculnya bintang baru di gugusan Cassiopeia, yaitu bintang yang cemerlang selama 16 bulan sebelum tidak terlihat lagi. Bintang itu dinamakan Supernova, yang sangat tergantung dari besarnya dan massanya. Penemuan ini mematahkan pandangan yang dianut pada masa itu yang mengatakan bahwa angkasa itu tidak akan berubah sepanjang masa.
3.
Johannes keppeler (1571-1630)
Johannes Keppeler merupakan seorang ahli matematika yang menjadi asisten Tycho Brahe. Ia melanjukan penelitian Tycho Brahe tentang Gerang benda-benda angkasa. Ia mengemukakan tiga buah hukum dalam astronomi, yaitu:
a. Gerak benda angkasa tidak mengikuti lintasan
circle, namun gerak itu
mengikuti lintasan
elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
b. Garis penghubung antara
planet dan matahari
selalu melintasi
bidang yang luasnya sama.
c. Dalam perhitungan matematik, terbukti bahwa jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan
Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P2 : Q2 = X3 : Y3.
4.
Galileo Galilei (1546 - 1642)
Galileo Galilei membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia melihat bahwa planet Venus dan Merkurius menunjukan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.
b)
Filsafat
abad 17 M
Pada sekitar abad ke-17 M, muncul tiga aliran besar filsafat, yaitu : rasionalisme, empirisme, dan idealisme.
1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan satu-satunya adalah rasio atau akal. Beberapa tokoh aliran rasionalisme yang terkenal adalah Blaise Pascal, Baruch Spinoza, G.W. Leibnitz, Christian Wolff, dan Rene Descartes (1596 - 1650). Rene Descartes dijuluki sebagai Bapak Filsafat Modern. Ungkapannya yang terkenal adalah "Co Ergo Sum" (Aku berpikir maka aku ada).
2.
Empirisme
Empirisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang benar adalah pengalaman (lewat indra). Tokoh aliran ini yang terkenal adalah Thomas Hobbes, dan John Locke yang keduanya berasal dari inggris.
3.
Idealisme
Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit, Para
pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat
kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai
penganut Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling,
filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme Objektif .Kedua Idealisme ini
kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme Mutlak Hegel.
c)
Filsafat
abad 18 M (Enlightment / Aufklaerung)
Kata
"Enlightment" berasal dari bahasa Inggris dan diartikan sebagai pencerahan. Masa ini dinamakan Enlightment karena pada masa ini manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Ciri utama
dari masa enlightment atau aufklaerung adalah perkembangan pesat ilmu pengetahuan seperti fisika. Ilmuwan besar dan tertekenal pada masa ini adalah Isaac Newton. Karena rasio mendapat tempat terhormat dan menjadi pusat perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu dan otoritas
d)
Filsafat
abad 19
Pada abad ke-19 muncul aliran-aliran besar seperti : idealisme Jerman, positivisme, dan materialisme.
1.
Idealisme jerman
Idealisme Jerman adalah aliran yang mempunyai pandangan bahwa tidak ada realitas obyektif dari dirinya sendiri. Realitas seluruhnya, menurut aliran ini, bersifat subyektif. Seluruh realitas merupakan hasil aktivitas Subyek Absolut (yang dalam agama dinamakan Allah). Jadi, menurut idealisme rasio atau roh (idea) mengendalikan realitas seluruhnya. Tokoh yang terkenal adalah tiga filsuf asal Jermal yakni J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Schelling (1775-1854) dan G.W.F. Hegel (1770-1831). Dan filsuf paling penting di antara ketiganya adalah Hegel.
2.
Positivisme
Aliran positivisme berpendapat
bahwa manusia tidak pernah lebih
dari fakta-fata dan manusia
tidak penah mengetahui di balik fakta. Oleh karena itu, aliran positivisme berpendapat bahwa tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah menyelidiki fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdalam realitas. Dengan demikian, positivism menolak metafisika. Tokoh yang terkenal dan berperan penting dalam aliran ini adalah Aguste Comte (1798 - 1857), John Stuart Mill (1806 - 1873) dan Herbert Spencer (1820 - 1903).
4.
Materialisme
Materialisme merupakan aliran yang berpandangan bahwa seluruh realitas terdiri dari materi. Artinya, tiap benda atau peristiwa dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses materiil. Sepanjang abad ke-19, aliran materialisme merupakan aliran yang sangat bengaruh, bahkan sampai sekarang. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap idealism jerman. Tokoh yang terkenal pada aliran ini adalah Ludwig Feuerbach (1804 - 1872), Karl Marx (1818 - 1883), dan Friedrich Engels (1820 - 1895). Materialisme dialektis berpandangan bahwa perubahan kuantitas dapat mengakibatkan perubahan kualitas.
E.
Zaman
Kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini adalah era
tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan
pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah
era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan
kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang
terjadi hingga saat sekarang. Yakni dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan
dalam berbagai bidang. Yang disebabkan oleh semakin kritisnya umat manusia era
sekarang yang di bantu oleh adanya alat-alat yang canggih.
Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin
dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat
berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat
tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benar-benar menjadi manusia
pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga ketika manusia
berhasil mengembangkan teori rekayasa genetika dengan melakukan percobaan
cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang memungkinkan
manusia untuk menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi keberhasilan
manusia dalam mencetak berbagai produk nano technology, dalam bentuk mesin-mesin
micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.
Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia
terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa
positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of value
telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan
kontribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang
ini.Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan
baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis yang hampir terjadi
di setiap belahan dunia ini.
Alam menjadi marah dan tidak ramah lagi terhadap manusia, karena manusia
telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangan dan
kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai
akibat dari benturan budaya yang tak terkendali. Kesuksesan manusia dalam
menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata telah menjadi bumerang bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi yang diciptakan
manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya
sendiri, yaitu manusia.
Zaman Kontemporer dimulai pada abad ke 20 hingga sekarang. Filsafat Barat kontemporer memiliki sifat yang sangat heterogen. Hal ini disebabkan karena profesionalisme yang semakin besar. Sebagian besar filsuf adalah spesialis di bidang khusus, seperti matematika, fisika, sosiologi, dan ekonomi. Akan tetapi bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan paling banyak dibicarakan oleh para filsuf.
Menurut Trout,
fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Aliran-aliran terpenting yang berkembang dan berpengaruh pada abad 20 adalah pragmatisme, vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis, strukturalisme, postmodernisme, dan semiotika.
a.
Pragmatisme
Aliran ini sangat terkenal di Amerika Serikat. Pragmatisme mengajarkan bahwa sesuatu hal yang benar adalah sesuatu yang akibatnya bermanfaat secara praktis. Jadi, pragmatisme memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran. Kelompok ini bersikap kritis terhadap sistem-sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk – bentuk aliran materialisme, idealisme, dan realisme.
Mereka berpendapat
bahwa filsafat pada masa lalu telah keliru karena mencari hal – hal yang mutlak, yang ultimate. Tokoh yang
terpenting dalam aliran ini adalah William James (1842-1910). Pragmatisme pertama kali diumumkan dalam sebuah kuliah di Berkeley pada tahun 1898, berjudul “Philosophical Conceptions and Practical Results”. Sumber-sumber lanjutan mengenai pragmatisme disampaikan di Wellesley College pada tahun 1905, Lowell Institute, dan Columbia University pada tahun 1906 dan 1907. Pragmatisme yang muncul dalam bukunya terbagi menjadi enam hal : temperamen filosofis, teori kebenaran, teori makna, holistic tentang pengetahuan, pandangan metafisika, dan metode penyelesaian sengketa filosofis.
b.
Vitalisme
Vitalisme berpandangan bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital yang berbeda dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap perkembangan ilmu teknologi serta industrialisme, di mana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis. Tokoh terpenting dalam vitalisme adalah Henri Bergson (1859-1941). Ia adalah salah satu filsuf yang paling terkenal dan berpengaruh di Perancis pada akhir abad 19 – awal abad 20. Deleuze menyadari bahwa kontribusi terbesar Bergson bagi pemikiran filsafat adalah konsep keanekaragaman.
Filsafat Bergson merupakan dualistik: dunia mengandung dua kecenderungan yang berlawanan, gaya hidup
(Elan vital) dan perlawanan
dari dunia materi terhadap gaya. Manusia dapat mengetahui masalah dengan kepandaiannya. Mereka merumuskan doktrin ilmu pengetahuan dan melihat hal-hal yang ditetapkan sebagai unit terpisah di dalam ruang. Hal yang berlawanan dengan kepandaian adalah intuisi, yang berasal dari naluri yang lebih rendah. Intuisi memberi kita isyarat dari gaya hidup yang melingkupi semua hal.
c.
Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata phenomenon yang berarti gejala atau apa yang tampak. Jadi, fenomenologi adalah ilmu yang mempelajari apa yang tampak atau apa yang menampakkan diri. Fenomenologi dirintis oleh Edmund Husserl . Edmund
Husserl (1859-1938) adalah pendiri aliran fenomenologi yang telah mempengaruhi pemikiran
filsafat abad 20 secara mendalam. Baginya, fenomena adalah realitas sendiri yang tampak, tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan subjek dengan realitas, realitas sendiri yang tampak bagi subjek.
d.
Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal kepada eksistensi. Sebenarnya, istilah eksistensialisme tidak menunjukan suatu sistem filsafat secara khusus. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Benda mati dan hewan tidak menyadari keberadaannya di dunia ini. Akan tetapi manusia sadar hal tersebut. Itulah sebabnya, segala sesuatu mempunyai arti sejauh masih berkaitan dengan manusia. Dengan kata lain, manusia memberikan arti kepada segala hal. Ada beberapa
hal yang dapat mengidentifikasikan
ciri dari aliran eksistensialisme
ini :
·
Eksistensialisme
adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern, khususnya terhadap idealisme Hegel.
·
Eksistensialisme
adalah suatu proses atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkrit.
·
Eksistensialisme
juga merupakan pemberontakan
terhadap alam yang impersonal (tanpa kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan massa.
·
Eksistensialisme
merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter, baik gerakan fasis, komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan di dalam kolektif atau massa.
·
Eksistensialisme
menekankan situasi manusia dan prospek (harapan) manusia di dunia.
·
Eksistensialisme
menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung. Filsafat ini bertitik tolak kepada manusia konkret, manusia yang bereksistensi. Dalam kaitan dengan ini mereka berpendapat bahwa pada manusia, eksistensi
mendahului esensi.
Tokoh yang penting dalam filsafat eksistensialisme adalah Martin Heidegger dan Jean-Paul Sartre. Martin Heidegger adalah salah satu filsuf yang paling asli dan penting pada abad ke-20, tetapi ia juga yang paling kontroversial. Pemikirannya telah memberikan sumbangan untuk beberapa bidang yang berbeda, seperti fenomenologi (Merleau-Ponty), eksistensialisme (Sartre, Ortega y Gasset), hermeneutika (Gadamer, Ricoeur), teori politik (Arendt, Marcuse), psikologi (Bos, Binswanger, Rollo May), teologi (Bultmann, Rahner, Tillich), dan postmodernisme (Derrida).
Perhatian utama dari seorang Heidegger adalah ontologi. Dalam karyanya, “Being dan Time”, ia mencoba untuk mengakses being (Sein) dengan melalui analisis fenomenologis tentang eksistensi manusia (Dasein) yang berkenaan ke karakter duniawi dan sejarah manusia. Dalam karya-karyanya berikutnya, Heidegger menekankan. nihilisme masyarakat teknologi modern, dan berusaha untuk memenangkan tradisi filsafat Barat kembali ke pertanyaan yang ada. John-Paul Sartre adalah seorang atheis dan satu – satunya filsuf kontemporer yang menempatkan kebebasan pada titik yang sangat ekstrim. Ia berpendapat bahwa manusia itu bebas atau sama sekali tidak bebas.
Tentang kebebasan,
Sartre mengatakan,”Manusia bebas. Manusia adalah kebebasan.” Ia berpendapat bahwa kebabasan bukan merupakan cirri tetapi manusia itu sendiri. Konsep kebebasan ini membawa Sartre kepada penolakan akan Allah. Kalau ada Allah, maka Allah sudah mengetahui esensi dari manusia, manusia tidak lagi bebas. Manusia akan melakukan apa yang sudah ditentukan oleh Allah. Tetapi, hal tersebut tidak mungking karena pada manusia, eksistensi mendahului esensi. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa tidak ada Allah. Dalam
bukunya yang berjudul, “Existentialism and humanism”, Sartre memberikan tanggapan kepada orang – orang yang mengatakan eksistensialisme adalah atheism bahwa eksistensialisme sama sekal bukan atheisme yang menolak adanya Allah. Namun, seandainya Allah ada, hal itu sama sekali tidak mengubah apa – apa.
e.
Filsafat
analitis
Filsafat analitis atau filsafat bahasa merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya Neohegelianisme. Para penganutnya menyibukkan diri dengan menganalisa bahasa dan konsep-konsep. Aliran ini muncul di Inggris dan Amerika Serikat sekitar tahun 1950. Tokoh penting dalam filsafat ini adalah Bertrand Russell, Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.
f.
Strukturalisme
Strukturialisme muncul di Prancis pada tahun 1960, dan dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan sosiologi. Strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap. Berbeda dengan filsafat eksistensialisme yang menekankan pada peranan individu, strukturialisme memandang manusia “terkungkung” dengan berbagai struktur di sekelilingnya. Maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan struktur – struktur tersebut. Secara garis
besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat. Strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Tokoh – tokoh yang memiliki peranan penting dalam filsafat strukturialisme adalah Levi Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucault.
g.
Semiotika
Semiotika adalah teori tentang tanda dan penandaan. Seorang ahli semiotika seperti Barthes dalam awal pemikirannya melihat kehidupan sosial dan kultural dalam kerangka penandaan. Melalui pendekatan semiotika yang didasarkan atas kerangka linguistik Saussurean, kehidupan sosial menjadi pertarungan demi prestige dan status; atau bisa juga ia menjadi tanda pertarungan ini. Semiotika juga mempelajari bagaimana tanda melakukan penandaan.
·
Roland
Barthes
Barthes adalah seorang ahli semiotika, seorang yang melihat bahasa sebagai yang dimodelkan oleh teori Saussure tentang tanda yang melandasi pemahaman structural kehidupan sosial dan kultur. Karya – karya Barthes sangat beragam, berkisar dari teori semiotika, esai kritik sastra, telaah psikobiografis serta karya–karya yang lebih bersifat pribadi.
·
Ferdinand de
Saussure
Saussurre adalah seorang bapak strukturalisme dan linguistik. Hal pokok pada teorinya adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian: penanda dan yang ditanda. Konsepnya mengenai tanda menunjuk ke otonomi relatif bahasa dalam kaitannya dengan realitas. hubungan
penanda dengan yang ditanda
adalah sembarang dana berubah – ubah. Berdasarkan prinsip tersebut, bahasa tidak lagi dianggap muncul dalam etimologi dan filologi, tetapi biasa ditangkap
dengan sangat baik melalui cara
bagaimana bahasa tersebut mengutarakan perubahan.
h.
Postmodernisme
Postmodernisme, sangat popular pada penghujung abad ke-20 dan merambah ke berbagai bidang dan disiplin filsafat dan ilmu pengetahuan. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya. Modernisme dimulai oleh Rene Descrates. Modernisme mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata membawa berbagai dampak buruk, yakni objektifikasi alam secara berlebihan dan pengurasan semena – mena yang berakibat kepada krisis ekologi, militerisme, kebangkitan kembali tribalisme, dan manusia cenderung menjadi objek karena pandangan modern yang objektivistis dan positivistis.
Postmodernisme berupaya untuk mempertanyakan suatu epistemology modernis yang didasarkan atas pembedaan subjek dan objek secara jelas. Selain itu, hal lain terkait dengan postmodernisme adalah adanya ketidakpercayaan kepada metanarasi (Lyotard) – yang berarti tidak adanya penjelasan global tentang perilaku yang bias dipercaya dalam zaman rasionalitas yang bermuatan tujuan. Selain itu teknologi dilihat sebagai yang menuju ke penitikberatan pada reproduksi. Ciri terpenting
dalam postmodernisme adalah relativisme dan mengakui pluralitas. Menurut para postmodernis, tidak ada suatu norma yang berlaku umum. Setiap bagian memiliki keunikan tersendiri sehingga tidak dapat menerima pemaksaan penyeragaman.
Tokoh yang dianggap memperkenalkan postmodernisme adalah Francois Lyotard, lewat bukunya, “The Postmodern Condition: A Report on Knowledge.” Di sini pengertian masyarakat sebagai suatu bentuk kesatuan sudah hilang kredibilitasnya. Masyarakat sebagai kesatuan sudah tidak biasa dipercaya delam kaitannya dengan “ketidakyakinan terhadap metanarasi”. Dalam tataran yang
lebih teknik, suatu ilmu dianggap modern apabila ia berusaha memberikan pengesahan kepada aturan – aturannya sendiri kepada suatu metanarasi, sebuah narasi yang berada di luar lingkungan kompetensinya.
Postmodernisme memperlihatkan dua buah sasaran, metanarasi yang cukup berpengaruh dan gagasan yang mengatakan bahwa pengetahuan itu dipandang sebagai subjek manusia yang berupaya menemukan kebebasan, mulai bersaing, dan lebih jauh lagi, tidak ada bukti dasar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan perdebatan
ini. Dalam zaman komputer, kerumitan pun semakin meningkat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi.
Periodisasi ini didasarkan
atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani
Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukan nya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai
ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala.
Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad
raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman inidisebut kosmosentris.
Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran
filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani,
akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan
sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam
bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat
sebenarnya.
Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat
zaman ini lazimdisebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan
demikian memiliki corak yang berbedadengan filsafat Abad Pertengahan. Letak
perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politikdan ilmu pengetahuan.
Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang olehGereja dengan
dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak
padakemampuan akal manusia itu sendiri.
Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri
yaitu akal. Kekuasaanyang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja
dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah abad
Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema
sentral dikursus filsafat.
B.
Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, dan selalu ada perkembangan bagi metode sejarah filsafat
hingga zaman saat ini. Jika ada kesalahan atau kekurangan harap dimaklumi dan
diberi saran agar kami bisa memperbaiki kesalahan yang ada, dan mampu
mengembangkan lebih baik akan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://mampemaisztre.blogspot.co.id/2014/01/sejarah-perkembangan-filsafat dari.html
Senin, 30 November 2015
riskypuspita.blogspot.com/2012/10/filsafat-zaman-kontemporer.html?m=1 Senin, 08
Juni 2015
Mustansyir.
2008. Filsafat Ilmu Cet v. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tafsir. 1998.
Filsafat
Umum Cet VI. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
30 November 2015
Rizal
dkk. 2008. Filsafat Ilmu Cet VII. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Diambil
dari Wikipedia
sangat membantu teriamaksih ka
BalasHapussama-sama
Hapus